Tiny Jyoti Amge adalah remaja berusia 15 tahun asal India. Tiny Jyoti hanya memiliki tinggi 11.5 inci ( 29, 21 cm) dan memiliki berat 12 lb (5,4 kg). Saat dilahirkan Tiny hanya memiliki berat 5 lb (2,26 kg).
Menurut ibu Jyoti, Ranjana Amge (45 tahun) dokter mengatakan kalau Joyti adalah cebol permanen. “Gak ada yang tahu mengapa dia begitu kecil. Kami sudah berkonsultasi dengan seorang spesialis dan dia mengatakan Jyoti bakalan berukuran setinggi saat ini selamanya. Jyoti kecil dan imut dan kami sangat mencintainya,” ujar sang ibu.
Warga Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dihebohkan dengan kabar hidupnya kembali anak muda yang telah tewas. Salim, anak keterbelakangan mental yang tewas dua tahun lalu, dipercaya warga hidup kembali.
Bulyamin (70), ayah Salim, menceritakan, anaknya telah wafat pada bulan September 2008 saat berumur 18 tahun akibat penyakit paru-paru yang telah lama diidapnya. Setelah itu, Salim dikubur di pemakaman Budi Darma, Cakung, Jakarta Utara, dengan diantar seluruh keluarga dan tetangga.
Ketenangan keluarganya pun pecah saat anak yang diduga Salim tiba-tiba datang ke rumah kontrakan keponakan Bulyamin, Atin (20), yang tidak jauh dari rumah Bulyamin semalam. Atin pun terkejut dan langsung mengantarkan anak itu ke rumah Bulyamin.
"Dia datang kemarin jam 11 malam dianter Atin. Saya kaget. Salim langsung meluk saya sambil bilang, 'Bapak'. Terus dia nangis," jelas Bulyamin kepada Kompas.com, Kamis (28/1/2010) di rumah kontrakannya di Warakas I Gang 28 RT 10 RW 8 Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok.
Bulyamin meyakini bahwa anak itu adalah anak bontotnya dari tujuh bersaudara. "Mukanya mirip banget. Luka di tangan juga sama. Tapi tingginya beda. Salim dulu lebih tinggi. Sekarang dia juga ada koreng di kaki. Dulu enggak ada," kata dia.
Hal itu diamini istrinya, Kaswina (60). "Iya ini anak saya. Sikapnya sama persis. Dia panggil ibu semalam," ucap nenek yang telah beruban itu.
Anak yang diduga Salim itu mengalami keterbelakangan mental. Tinggi anak itu sekitar 150 cm, kulit berwarna coklat, berkumis, dan berjenggot tipis. Ia tidak dapat berbicara dan hanya memberi isyarat dengan bahasa tubuh.
Beraneka macam orang mendefinisikan arti cinta. Mungkin karena cinta adalah sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang rumusnya telah nyata dan bisa dipelajari.
Ibnu Qayyim menuliskan Dalam bukunya 50 istilah dalam Bahasa Arab yang berkaitan dengan cinta. Setiap kata mewakili maknanya dan nilai rasanya sendiri atau sebagai penjelasan dari kata yang lain. Sebuah gambaran betapa luasnya makna cinta, dan betapa besarnya akibat dan pengaruhnya dalam jiwa dan perbuatan manusia.
Dari Mana Datangnya Cinta?
Mata dan telinga adalah dua pintu gerbang utama jiwa manusia. Maka sering sekali Allah mengingatkan agar manusia menggunakan pendengaran dan penglihatan ini untuk melihat dan mendengar kebenaran. Allah berfirman: “…Maka apakah kamu tidak mendengar?” (28:71). Allah juga berfirman: “…maka apakah kamu tidak melihat/ memperhatikan?” (43:51).
Melalu pintu gerbang ini jiwa dan akal manusia bisa menangkap informasi-informasi, dan akhirnya dapat mempengaruhi prilaku seseorang.
Allah sangat mengecam orang yang tidak mempergunakan pintu gerbang jiwa ini dengan sebenarnya, atau mengetahui kebenaran namun tetap menolaknya:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untukkebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahamidan mereka mempunyai matatidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telingatidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (7:179)
Tidak salah bunyi sepotong pantun Indonesia:
Dari mana datangnya lintah
Dari darat turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati.
Barangkali cinta tidak mesti lahir dari tatapan mata, sebab orang buta-pun bisa jatuh cinta, namun yang pasti, cinta bersemayam dan tumbuh di dalam hati.
hati.
Menjaga Pandangan = Menjaga Hati
Rasulullah menyatakan bahwa kedua mata itu dapat berzina dan bahwa keduanya merupakan awal dari zina kemaluan. Allah mengingatkan agar Muslimin menjaga pandangan. Peritah menjaga pandangan seiring dengan perintah menjaga kemaluan: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (24:30) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yangnampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,… (24:31)
“Memandang wanita (yang tidak semestinya) tak ubahnya bagaikan anak panah beracun diantara anak-anak panah Iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla niscaya Allah akan memberinya imbalan berupa iman yang ia rasakan kemanisannya di dalam kalbunya” (H.R. Ahmad)
Kalau demikian, jika ia terjerumus dalam kekacauan jiwa dan tidak dapat merasakan manisnya iman, maka tidak ada yang dapat dipersalahkan selain pelakunya sendiri karena membiarkan dirinya menjadi sasaran anak panah beracun Iblis itu.
Apakah Cinta Datangnya Tiba-Tiba?
Sebagian orang mengatakan bahwa cinta itu datang begitu saja. Namun golongan yang lain berpendapat bahwa cinta merupakan hal yang bersifat inisiatif karena mengikuti kemauan dan kehendak orang yang bersangkutan, karenanya dimasukkan ke dalam katagori taklif (beban hukum), mengingat pandangan mata, fikiran dan melibatkan diri dalam percintaan adalah perkara yang inisiatif
Akan tetapi, apabila seseorang telah menjalani semua penyebabnya, maka konsekuensi yang ditimbulkan olehnya menjadi hal yang bukan bersifat inisiatif lagi. Hal ini sama kedudukannya dengan mabuk karena minum khamer. Meminum minuman keras itu bersifat inisiatif, sedangkan konsekuensinya (mabuk) adalah suatu kepastian yang tak terelakkan. Berdasarkan ini, kedudukan mengumbar pandangan dan terus menerus memikirkan yang dipandangnya, sama kedudukannya dengan tindakan meminum minuman yang memabukkan, karena dia sendiri yang mengupayakan akibatnya.
Namun apabila cinta bersemi karena penyebab yang tidak dilarang, maka pelakunya pun tidak disalahkan, umpamanya seseorang yang masih mencintai mantan istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits kisah antara Barirah dan mantan suaminya, Mughits. Begitu pula umpamanya apabila seseorang memandang tanpa sengaja, kemudian segera memalingkan pandangan, namun cinta telah merasuk ke dalam hatinya tanpa kehendak darinya, maka yang bersangkutan tidak akan disalahkan setelah ia mengerahkan segala jeruh payahnya untuk menyingkirkannya.
Rindu
Menurut semua tabib, rindu adalah sejenis penyakit waswas, mirip dengan melankolis diakibatkan ulah si penderita itu sendiri. Penyebab psikologisnya karena ia menilai indah sesuatu dan memikirkannya. Sedangkan penyebab fisiknya karena naiknya hormon. Penyakit ini akan hilang dengan cepat bila si pasien sering bertemu dan puncaknya memadu rindu dengan kekasih. Karena itu, penyakit ini sering menghinggapi para lajang, atau pasangan suami-istri yang terpisah jauh, sebab mustahil bagi mereka memadu rindu dengan pasangan sahnya (tidak berzina).
Sebagian orang mengatakan bahwa rindu laksana penyakit gila. Mengacu pada sya’ir Qais bin Mulawwih yang dikenal dengan Majnun Laila:
“Mereka mengatakan: Kamu begitu tergila-gila
dengan wanita yang kamu cintai. Kujawab mereka:
rindu memang lebih berat daripada penyakit gila
orang yang dilanda kerinduan tak dapat disadarkan
sepanjang tahun, tetapi orang tidak sadar
karena penyakit gila hanya memakan waktu sesaat.”
Mabuk Rindu
Mabuk mengandung dua makna: dicapainya kesenangan dan hilangnya kemampuan membedakan. Kedua-duanya bisa muncul seiring sejalan atau salah satunya saja.
Penyebab mabuk ada beberapa macam, seperti karena penderitaan yang menyedihkan (Al-Hajj 22: 1-2), adakalanya karena kegembiraan yang melampaui batas sehingga ucapannya jadi tidak karuan dan sepak terjangnya aneh karena akal sehatnya hilang, sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang seseorang yang kehilangan onta dan perbekalannya di tengah gurun, tiba-tiba onta dan perbekalannya dia temukan kembali, sehingga lisannya berkata: “Yaa Allah! Engkau benar-benar hambaku dan Aku adalah Tuhan-Mu”. Rasulullah bersabda: أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ اْلفَرْحِ (dia keliru dalam berucap karena kegembiraannya yang sangat). Juga bisa karena makanan dan minuman. Jenis mabuk lainnya diantaranya adalah karena cinta. Cinta kepada harta, kedudukan, wanita, dan lain sebagainya.
Mabuk rindu (syahwat) lebih berat daripada mabuk karena khamer, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Firman-Nya yang menceritakan keadaan kaum Luth yang memiliki penyimpangan seksualitas :
(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". (Q.S.15:72)
Jiwa itu mempunyai kesenangan dan hawa nafsu yang disukainya, namun pengetahuan akan bahaya hal yang disukainya itu, baik di dunia maupun di akhirat, mencegah orang yang bersangkutan untuk mempeturutkannya. Ketika orang dimabuk rindu, segala pertimbangan ini boleh jadi akan lenyap. Itulah orang yang dibutakan hatinya oleh cinta
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Belum pernah terlihat ada obat yang lebih mujarab bagi dua orang yang jatuh cinta, selain menikah” (H.R. Ibnu Majah, Kitab Nikah, Bab Keutamaan Nikah).
Lalu bagaimana bila belum mampu? Maka tidak lain melainkan bersabar, senantiasa menjaga kesucian diri dan hati, serta senantiasa mengingat Allah. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesuciannya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya…” (Q.S. An-Nur: 33)
“…dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Q.S. 13:28)
Allah tidak pernah mengajarkan pacaran sebagai obat. Justru Allah memerintahkan agar kita selalu menjaga kesucian: kesucian jiwa dan raga, kesucian lahir dan batin. Bahkan sebenarnya pacaran itu sendiri adalah penyakit yang harus diobati. Tak jarang kita mendengar orang yang kecewa karena cinta lalu kemudian mencaci cinta, bahkan ada yang bunuh diri karenanya. Padahal kesalahan bukan pada cinta, namun karena salah dalam mendudukkan cinta.
Kesempurnaan Cinta
Semua orang mendambakan kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan. Apabila kenikmatan itu disukai karena memang menyenangkan, akan menjadi tercela bila kesudahannya justru mengakibatkan penderitaan yang lebih parah, atau menjadi penghalang untuk meraih nikmat yang lebh besar. Sebaliknya, kenikmatan itu akan terpuji bilamana akan menghantarkan pada kenikmatan yang kekal lagi mapan, yaitu kenikmatan negri akhirat.
Oleh sebab itu, setiap mukmin memperoleh pahala dari setiap kenikmatan yang boleh dirasakannya apabila ia berniat menjadikannya sebagai sarana meraih kenikmatan abadi negeri akhirat. Sebaliknya, ia akan mendapatkan siksa bila kenikmatan yang dirasakannya itu dari jalan yang diharamkan, sebagaimana sabda Rasulullah:
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ أجْرٌ
“Dan pada pelampiasan birahi kalian itu terdapat ganjaran”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang dari kami melampiaskan birahinya lalu dia memperoleh pahala karenanya?” Rasul balik bertanya:
“Bagaimanakah menurut kalian bila ia melampiaskannya ke tempat yang diharamkan? Akankah ia akan mendapat dosa? Demikian pula sebaliknya, bila ia melampiaskannya ke tempat yang dihalalkan, maka niscaya ia akan memperoleh pahala”.
Setelah diketahui bahwa kesenangan di dunia dan kenikmatannya hanyalah untuk sementara waktu dan sebagai sarana untuk meraih kenikmatan negeri akhirat yang abadi sesuai dengan tujuan penciptaannya, untuk itulah dalam salah satu riwayat beliau bersabda:
“Dunia ini hanyalah kesenangan (yang sementara), dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita yang shalihah”
Kesempurnaan cinta hanya ada pada kecintaan kepada Allah dan menjadikannya puncak cinta tertinggi, sementara segala karunia yang Allah anugerahkan di dunia ini hanyalah sarana yang Allah ciptakan untuk menggapai cinta tertinggi.
Tanda dan Bukti Cinta
Ibnu Qayyim menyebutkan 20 tanda dan bukti cinta di dalam bukunya. Di sini saya ringkaskan menjadi beberapa saja, yaitu: Kerinduan, Kepedulian, Penghormatan, Pengorbanan dan Kecemburuan.
Tentang rindu telah disebutkan secara ringkas di atas. Rindu melahirkan banyak tanda-tanda dan bukti, seperti:
banyak menyebut nama kekasih dan membicarakannya. Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk banyak berdzikir, menyebut-Nya.
Mengenang sang kekasih, sehingga melahirkan kecintaan pada rumah, kota, serta pada apa dan siapa yang disukai kekasih.
Ingin segera berjumpa kekasih. Kegundahan lenyap jika berjumpa
Pandangan selalu tertuju pada kekasih. Tak ingin lepas menatapnya dan tak ingin berpisah.
Kepedulian Cinta
Orang yang jatuh cinta punya kepedulian dan perhatian yang lebih kepada sang kekasih. Menghadiahkan sekuntum bunga hanyalah bagian kecil dari bentuk perhatian dan kepedulian. Bentuk perhatian tidak hanya berupa pemberian, namun juga bisa berbentuk permintaan, perintah, larangan dan ancaman. Seorang ibu yang melarang anaknya makan permen atau minum es adalah salah satu wujud perhatian dan kepedulian sang ibu kepada anaknya. Karena kecintaannya, ia tidak ingin anaknya sakit gigi gara-gara makan permen atau sakit perut gara-gara minum es sembarangan.
Sebaliknya bila tidak ada cinta, maka tidak ada juga perhatian dan kepedulian, bahkan dibiarkan saja semaunya. Allah berfirman: “DanKami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanyapada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.”. (Q.S. 6:110)
Hanya orang-orang yang dewasa secara rohaniyah yang bisa menangkap perhatian dan kepedulian dalam bentuk ini. Sementara yang masih belum dewasa secara rohaniyah akan menganggap kepedulian hanya dalam bentuk pemberian, sementara larangan dianggap sebagai kekangan, sebagaimana anak kecil yang menganggap larangan ibunya tersebut sebagai bentuk kekangan terhadap kebebasan dan kesenangnnya.
Penghormatan Cinta
Cinta melahirkan penghormatan terhadap apa yang dicintai. Cinta membuat mata tertunduk dihadapan sang kekasih. Allah menyebutkan kesempurnaan etika Rasulullah pada malam beliau di-isra’-kan oleh-Nya: “Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya” (Q.S. 53:17).
Allah-pun memberikan salam penghormatan kepada kekasih-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk turut memberikan penghormatan (Q.S. 33:56). Allah juga memberikan kehormatan kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya:
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berfirman: “ Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia”. Maka Jibril-pun mencintainya pula. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit: “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah pula ia”. Maka ia-pun dicintai oleh seluruh penghuni langit. Kemudian dibuatlah untuknya orang-orang yang ada di bumi menyukainya”.
Sebagai seorang suami, Rasulullah sangat menghormati istri-istri beliau. Tidak pernah beliau mencela masakan istri-istrinya. Tidak pernah keluar kata-kata kasar dari mulut beliau.
Penghormatan cinta memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan kedudukannya.
Pengorbanan Cinta
Ibadah Qurban adalah sebuah napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim dan Isma’il. Setelah sekian lama tidak memperoleh keturunan, Ibrahim dikarunia seorang anak yang diberi nama Isma’il. Anak tunggal yang telah sekian lama dinanti-nantikan ini, kemudian diperintahkan oleh Allah agar disembelih. Khalilullah (kekasih Allah) Ibrahim ‘alaihis-salam rela dan patuh terhadap perintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya tersebut (lihat Q.S. 37: 99-111).
Cinta memang butuh pengorbanan. Orang-orang yang jatuh cinta akan meninggalkan salah satu diantara dua hal yang disukainya demi meraih yang paling disukainya. Orang-orang yang cintanya lebih besar kepada Allah akan lebih menyukai cinta Allah di bandingkan cinta makhluk-Nya. Dia rela mengorbankan cintanya kepada makhluk-Nya demi meraih ridha-Nya.
Allah berfirman: “Katakanlah (hai Muhammad): "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (Q.S. 3:31)
Cemburu Cinta
Ada dua jenis jemburu: cemburu demi kekasih dan cemburu kepada kekasih
Cemburu demi kekasih artinya suka karena kekasih dan marah karena kekasih apabila haknya diremehkan, kehormatannya dilecehkan, atau mendapat perlakuan yang menyakitkan dari orang lain. Ia segera mengambil tindakan untuk mengubah keadaan sesegera mungkin dan memerangi orang-orang yang menyakiti kekasihnya. Inilah yang disebut kecemburuan hakiki yang dilakukan oleh para Rasul dan para pengikut mereka terhadap orang yang mempersekutukan-Nya dan mendurhakai-Nya.
Cemburu kepada kekasih timbul dalam diri orang yang jatuh cinta karena keengganan dan kemarahannya bila cintaya kepada sang kekasih ada yang menyainginya. Ada dua jenis cemburu ini: Cemburu orang yang jatuh cinta bila ada orang lain menyaingi cintanya kepada sang kekasih; dan kecemburuan orang yang dicintai kepada kekasihnya bila ternyata kekasihnya berhati mendua, mempersekutukannya dengan yang lain.
Kecemburuan seseorang kepada kekasihnya ada dua macam, kecemburuan yang terpuji dan yang tidak disukai. Rasulullah bersabda:
Diantara cemburu itu ada yang disukai Allah dan ada juga yang dibencinya. Cemburu yang disukai Allah adalah cemburu terhadap hal-hal yang mencurigakan, sedangkan cemburu yang dibenci Allah adalah cemburu bukan karena hal-hal yang mencurigakan” (H.R.Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darimy)
Abdullah bin Syadad berkata: Cemburu itu ada dua macam, cemburu yang memotivasi seseorang untuk memperbaiki keluarganya dan cemburu yang dapat menjerumuskannya ke dalam neraka.
Kecemburuan yang paling bermutu dan utama menurut Al Hafiz Ibnu Qayyim adalah:
Kecemburuan seorang hamba karena Tuhannya bila hal-hal yang diharamkan oleh-Nya dilanggar dan hukum-hukumnya disia-siakan
Kecemburuan seorang hamba terhadap hatinya apabila dihuni oleh selain-Nya, merasa tentram dengan selain-Nya, dan rindu kepada selain-Nya (terlebih bila kerinduannya kepada selain Allah melebihi kerinduannya kepada Allah).
Kecemburuan seorang hamba bila kehormatannya dilecehkan oleh orang lain
Kekasih Sang Maha Pengasih
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa yang melecehkan seseorang yang Ku kasihi, berarti ia telak menantang-Ku untuk berperang tanding. Tidak ada upaya hamba-Ku untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku yang paling Aku sukai melainkan dengan(mengerjakan) apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa berupaya mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, dan Aku menjadi penglihatannya yang dengannya ia memandang, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan Aku menjadi kakinya yang denganya ia berjalan (maksudnya, setiap tindakkannya selalu sejalan dengan syariat Allah). Bila ia meminta kepada-Ku niscaya pasti Aku beri, dan bila ia minta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku lindungi. Aku tidak pernah bimbang untuk melakukan sesuatu seperti kebimbanganku saat mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman. Dia tidak menyukai kematian dan Akupun tidak suka menimpakan keburukan kepadanya, (namun kematian merupakan keharusan baginya)”. (H.R. Bukhari)
Inilah derajat dan kedudukan kekasih Allah. Inilah “hulul” yang sesungguhnya dalam Islam, dan hal ini hanya bisa dicapai bila telah menjadi kekasih Allah yang Maha Pengasih (untuk lebih luas dan jelas tentang hal ini, silahkan baca karya Syekh Islam Ibnu Taymiyyah: al-Furqan Bayn al-Awliya’ ar-Rahman wa Awliya’ asy-Syaithan, diterjemahkan dengan judul: Wali Allah, Kriteria & Sifat-Sifatnya, diterbitkan oleh Lentera, Jakarta: 2000)
____________________
Sumber: Sebagian besar isi tulisan ini diringkaskan dari karya Ibnu Qayyim Al-Juziyah: Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Musytaaqiin, diterjemahkan dengan judul: Taman Jatuh Cinta & Rekreasi Orang-orang Dimabuk Rindu, Diterbitkan oleh: Irsyad Baitus Salam, Bandung: 2006
Hanya satu yang perlu kau tahu wahai kekasih hatiku
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره )) رواه مسلم.
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhu'nya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai dari kuku jari-jemarinya". HR. Muslim.
وقال أيضا: ((إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء، فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل )) متفق عليه.
Rasulullah bersabda, "Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim)Ilmu kontemporer menetapkan -setelah melalui percobaan mikroskopi terhadap tumbuhnya mikroba pada orang yang berwudhu' secara teratur dan juga kepada yang tidak teratur- bahwasannya orang yang selalu berwudhu maka mayoritas hidung mereka menjadi bersih, tidak terdapat berbagai mikroba. Oleh karena itu, adanya mikroba yang menempel pada mereka hilang sama sekali ketika mereka membersihkan hidung, dibandingkan dengan orang yang tidak berwudhu' maka tumbuh pada hidung mereka berbagai mikroba dalam jumlah yang besar yang termasuk jenis mikroba berbentuk bulat dan berklaster yang sangat berbahaya ... dan mikroba yang cepat menyebar dan berkembang-biak ... dan mikroba lainnya yang menyebabkan banyak terjadinya berbagai penyakit. Dan sudah jelas bahwasannya proses keracunan itu terjadi adanya perkembangan berbagai mikroba yang berbahaya bagi rongga hidung, kemudian sampai ke tenggorokan untuk kemudian terjadi berbagai peradangan dan penyakit, apalagi jika sampai masuk ke peredaran darah!!
Oleh karena itu, disyari'atkan untuk melakukan istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung) sebanyak 3 kali kemudian menyemburkannya (tetap dengan hidung) setiap kali wudhu. Adapun berkumur-kumur itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi, serta menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel gigi. Dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa 90% orang yang mengalami kerusakan gigi jika saja mereka mau perhatian terhadap kebersihan mulutnya ketika dahulu rusak gigi-gigi mereka, dan adanya pembusukan yang terjadi disebabkan oleh makanan dan air liur dan bercampur dalam perut dan menuju ke darah. Dan dari darah itulah kemudian menyebar ke seluruh organ dan kemudian menyebabkan berbagai penyakit.
Dan sungguh, berkumur-kumur akan menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah dan menjadi cerah. Dan uji-coba ini belum pernah dikemukakan oleh para dosen olah raga kecuali sedikit. Hal ini karena mereka hanya memperhatikan kepada organ-organ tubuh yang besar. Dan membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberikan manfaat untuk menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri, apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit.
Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah. Sebab manusia apabila lama beraktivitas tanpa membasuh anggota badanya, maka kulit akan mengalami berbagai peradangan yang menyerang permukaan kulit, seperti kudis. Dan kudis ini menyerang ujung jari-jari yang sebagian besar tidak dalam keadaan bersih, sehingga masuklah berbagai mikroba ke dalam kulit.
Oleh karena itu, bertumpuk-tumpuknya peradangan sangat mengundang mikroba untuk berkembang-biak dan menyebar. Maka, wudhu' telah mendahului Ilmu Pektrologi modern dan para pakar yang menggunakan karantina sebagai media untuk mengetahui berbagai mikroba dan jamur-jamur yang menyerang kulit orang-orang yang tidak suka dengan kebersihan, dimana kebersihan ini semakna dengan wudhu dan mandi dan dengan uji-coba dan penelitian.
Penelitian dan uji coba ini memberikan manfaat yang lain:
Bahwa kedua tangan banyak membawa mikroba yang terkadang berpindah ke mulut atau hidung apabila tidak dibasuh. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk membersihkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum melakukan wudhu'. Dan ini menambah jelas kepada kita sabda Rasulullah:
(( إذا استيقظ أحدكم من نوميه فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها ثلاثا ))
Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tudir, maka janganlah mencelupkan kedua tangannya ke bejana (tempat air) sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali.
Dan sudah terbukti juga bahwa peredaran darah pada organ tangan bagian atas dan lengan bawah serta organ-organ bagian bawah seperti kedua kaki dan kedua betis adalah organ-organ yang paling lemah dibandingkan organ tubuh lainnya karena jauhnya dari pusat peredaran darah, jantung. Maka apabila kita membasuhnya diserta menggosoknya, maka akan menguatkan peredaran darah pada organ-organ tersebut sehingga membantu kita menambah tenaga dan vitalitas. Dan dari itu semua, maka terketahuilah mukjizat disyari'atkannya wudhu' di dalam Islam.
Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad
Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim, Anggota Ikatan Dokter Kerajaan Arab Saudi di London dan Penasihat Penderita Penyakit Dalam dan Penyakit Jantung mengatakan, "Para Pakar sampai berkesimpulan bahwa mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan menjadi rileks syaraf-syaraf dan otot, hilangnya kenaikan detak jantung dan nyeri-nyeri otot, kecemasan, dan insomnia (susah tidur)". Hal ini dikuatkan oleh salah seorang pakar dari Amerika dengan ucapannya, "Air mengandung kekuatan magis, bahkan membasuhkan air ke wajah dan kedua tangan -yang dimaksud adalah aktivitas wudhu'- adalah cara yang paling efektif untuk relaksasi (menjadikan badan rileks) dan menghilangkan tensi tinggi (emosi).
Sungguh, Maha Suci Allah Yang Maha Agung source : just click
KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.
Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.
Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,
“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha
…”
(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya
…)
Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?
Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.
***
Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,
“in kuntu‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq
…”
(jika aku pencinta malam maka
gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar
…)
***
Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”
“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau…?”
“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”
“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”
“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”
“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”
“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”
***
Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.
“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.
“Be…benarkah?”
“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”
“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”
Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,
“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”
Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.
***
Keesokan harinya.
Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.
Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”
Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,
“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”
Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,
“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”
Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,
“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”
“Syukurlah kalau begitu.”
Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,
“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”
Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.
“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”
“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”
“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”
“Aku mau melanjutkan perjalananku!”
Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.
“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”
Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.
“Tidak usah.”
“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”
Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.
***
Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.
Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,
“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”
Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,
“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”
Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.
***
Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.
“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.
Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.
Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.
“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”
Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,
“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”
***
Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.
Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,
“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”
Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.
***
Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.
Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,
Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum
Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.
Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.
Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.
Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :
Kepada Afirah,
Salamullahi’alaiki,
Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.
Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )
Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :
“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”
Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.
Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.
Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.
Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.
Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :
Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum,
Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.