Apabila kita waktu hidup didunia selalu mentaati Allah, maka Allah berikan kehidupan yang baik, kehidupan yang memuaskan di dalam surga kelak.Tempatnya memuaskan , istana-istana dari emas, sungai-sungai dari madu. Temannya pun memuaskan, para nabi , para rasul, para orang saleh. Surga juga dikenal dengan nama Darussalam atau Negeri Keselamatan, Negeri dimana hidup tidak ada masalah. Beda dengan didunia ini, orang paling kaya pun mesti dapat masalah, bahkan biasanya masalahnya lebih banyak.Raja yang paling berkuasapun juga punya banyak masalah.Singkatnya, didunia ini tidak ada yang tidak punya masalah.Semua orang menghadapi masalah.
Hamba Allah dijadikan seperti itu (selalu punya masalah), supaya mereka paham agar jangan mau betah berlama-lama didunia ini. Allah telah telah siapkan untuk kamu negeri yang lebih indah, lebih luas, negeri yang kekal abadi, yaitu surga –Nya Allah Swt..
Kita bukanlah manusia yang pertama hidup didunia ini, sehingga kita berangan-angan akan kekal abadi didunia ini. Sebelum kita, sudah ada milyaran manusia yang hidup didunia ini dan mereka sudah pergi.Begitu pula kita, sebentar lagi juga akan pergi ke negeri kekal abadi, negeri akhirat.
Tanggung jawab kita sebenarnya ringkas, diringkas dalam dua kalimat syahadat.Tanggung- jawab pertama ialah Laa Ilaaha Illallaah, bagaimana kita hidup sebagai hamba Allah. Dimulai dengan keyakinan yang shahih kepada Allah, bahwa seluruh makhluk apa saja bentuknya, manusia, jin, syetan, yang besar, yang kecil, semua tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah. Tidak bisa mendatangkan bahaya, tidak bisa mendatngkan manfaat tanpa izin Allah.Bahkan hakekatnya semua makhluk ini sebenarnya tidak ada, hanya diadakan saja oleh Allah.Makhluk ini tidak hidup, hanya dihidupkan saja oleh Allah.Kalau kita berpikir ini adalah makhluk yang hidup, ini adalah pikiran orang yang lupa kepada Allah.Kalau orang beriman pahamnya ini semua adalah makhluk yang dihidupkan oleh Allah.
Hakekatnya tidak ada apa-apa, yang hidup dan yang hakiki sebenarnya adalah Allah. Selain Allah adalah makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah, Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Tidak ada kekuatan atau usaha tanpa Allah Swt..Tidak pemilik yang hakiki selain Allah, sebenarnya kita tidak punya apa-apa.Sawah-ladang bukanlah milik kita, diri kita bukanlah milik kita, semua adalah milik Allah.Maka kita harus merasa sebagai hamba Allah, sehingga segala sesuatu diatur oleh syari’at Allah, segala sesuatu diatur dengan agama Allah, dan segala sesuatu mengingatkan kita kepada Allah.Kalau ketemu istri (suami) ingat kepada Allah, ketemu ladang ingat kepada Allah,
Dan Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua Ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). sekiranya kamu anggap Aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, (Surat Al Kahfi : 39).
Jadi kalau masuk ladang katakan masya Allah, ini semua kehendak Allah.Tumbuh-tumbuhan bisa tumbuh, air mengalir, udara bertiup, semua terjadi atas kehendak Allah.Jadi tidak ada makhluk yang membuat kita lupa kepada Allah, barulah hakikat kalimatLaa Ilaaha Illallaah bisa masuk ke dalam hati kita.Semua makhluk membuat kita ingat kepada Allah, kemudian kita sikapi sesuai dengan perintah Allah, sesuai dengan agama Allah.Ini adalah tanggung-jawab kita sebagai orang yang beriman atas Laa Ilaaha illallaah.
Kemudian tanggung-jawab yang kedua adalah Muhammadur rasululullaah, kita ini adalah ummat Rasulullah Saw., pengikut Rasulullah Saw..Ini adalah kemuliaan yang sangat tinggi yang diberikan oleh Allah kepada kita.Karena Rasulullah adalah semulia-mulianya nabi, maka ummatnya adalah semulia-mulianya ummat. Kita harus yakin bahwa nabi saw. adalah utusan Allah, dan kemuliaan seorang utusan menurut dengan yang mengutus. Kalau yang utusan seorang kepala desa ya sesuai dengan kemuliaan kepala desa, kalau utusan kepala Negara ya sesuai dengan kemuliaan kepala negara. Jadi kalau yang mengutus adalah Tuhan penguasa alam semesta ?bagaimana mulianya baginda Nabi saw ?. Maka semestinya kita mencintai beliau melebihi cinta kita kepada ayah kita, ibu kita, bahkan melebihi cinta kita kepada seluruh manusia. Nabi Saw. bersabda bahwa tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum mencintai aku melebihi ayahnya, ibunya, dan seluruh manusia.
Mencintai Nabi saw. harus direalisasikan dengan mencintai sunnah Nabi Saw., juga mencintai perjuangan Nabi, serta mencintai segala sesuatu yang ada kaitan dengan Nabi Saw., Apa saja yang ada hubungan dengan Nabi Saw. kita cintai. Termasuk mencintai para ulama, karena mereka adalah para pewaris ilmu-ilmu Nabi Saw..mencintai orang-orang Arab itu juga termasuk bagian dari mencintai Nabi, karena orang-orang Arab ini punya hubungan darah dengan Nabi Saw..
Kita juga harus mencintai ummat Nabi Saw., mencintai kampungnya Nabi saw.,bahkan mencintai nama Nabi Saw.. Imam Safi’i rah.a (rahmatulla ‘alaihi) namanya adalah Muhammad Ibnu Idris, ketika punya anak laki-laki dia juga beri nama Muhammad. Sehingga teman-temannya heran dan bertanya,”Kamu ini Muhammad lalu anak kamu diberi nama Muhammad lagi, bagaimana ini ?”. Imam Syafi’i katakan,”memang nama yang paling saya sukai didunia ini adalah Muhammad. Saya punya anak namanya ya sudah, Muhammad saja. Kalau anak punya anak lagi ya diberi nama Muhammad saja !”. Begitulah orang beriman, apa saja yang ada kaitannya dengan nabi mesti dia cintai.
Kita juga harus mencontoh bagaimana ulama dahulu mencintai ummat Nabi saw. Imam Malik Rah.a pernah dipenjara di Madinah karena salah paham dengan Gubernur di Madinah.Beliau walaupun merupakan seorang ulama besar tapi dipukuli habis-habisan.Namun setiap sudah dipukuli beliau katakan, “Ya Allah, sudah saya halalkan, Ya Allah sudah saya maafkan !”. Maka ditanya oleh murid-muridnya, “kenapa tuan katakan begitu ?’. Beliau jawab, “ saya malu kepada Rasulullah Saw. kalau ada salah satu ummatnya yang masuk neraka gara-gara saya”. Beginilah cintanya Imam Malik kepada Nabi Saw. Akhirnya beliau dicintai oleh ummat, raja-raja pada zaman itu, anak-anaknya belajar kepada beliau.
Kita harus mencintai ummat Nabi Saw sampai kepada orang fasiq sekalipun dalam arti selalu berusaha membawa mereka kepada kebaikan.Kalau kita ke masjid Nabawi, dekat kuburan Nabi Saw.itu ditulis ‘syafa’ati li ahlil kabair min ummati’ (syafaatku adalah bagi orang-orang yang punya dosa besar dikalangan ummatku). Jadi Nabi itu kepada ummatnya yang punya banyak dosa saja, semangatnya untuk menyelamatkan sudah seperti itu, bagaimana kepada ummatnya yang baik ?.
Kita punya fikir juga harus disesuaikan dengan fikir Nabi Saw., Nabi siang dan malam senantiasa memikirkan ummatnya, sampai di Padang Mashyar pun yang mana bukan tempat perjuangan lagi, yang apabila kita tidak memikirkan orang lain pun tidak berdosa. Ketika para nabi berkata,”nafsi,nafsi” (diriku,diriku), tapi Baginda tetap memikirkan umatnya, dimana pada saat itu sudah bukan kewajiban manusia. Ini diceritakan didalam kitab Bukhari untuk jadi bahan pemikiran kita, kalau Nabi saja di akhirat masih memikirkan ummatnya, maka kenapa kita yang didunia tidak mau memikirkan ummatnya. Nabi saja pada waktu berjuang dan setelah berjuang masih saja memikirkan ummatnya, bagaiman dengan kita yang masih dalam perjuangan sekarang ini, koq gak mau memikirkan nasib ummat ini ?
Dan ini perjuangan untuk meneruskan perjuangan Rasul, fikir Rasul, kasih-sayang Rasul, cita-cita rasul adalah tanggung-jawab kita bersama dan harus kita jadikan kerja kita yang utama, yang pokok, yang permanen dalam kehidupan ini, sebagaimana yang dikatakan didalam al Quran,
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (Surat Yusuf : 108).
Inilah jalan hidupku, kata Nabi, maksudnya inilah kerja utama yang lebih dipentingkan daripada kerja yang lain. Apa itu jalan hidup Nabi ? yaituad’u ilallaah mengajak manusia kepada Allah, bukan mengajak manusia kepada dirinya, golongannya, kampungnya, tapi mengajak manusia kepada ridha Allah, kepada jalan yang diridhoi oleh Allah. Kemudian masih diteruskan ana wamanittaba’ani yang artinya yang jalan hidupnya seperti ini ( mengajak manusia kepada Allah ) bukan saya saja, tapi seluruh pengikutku harus seperti itu juga. Bukan hanya ulama , orang kaya,atau orang miskin yang gak punya pekerjaan saja, tapi seluruh ummatku, siapa saja harus punya tanggung jawab dakwah, mengajak seluruh manusia kepada Allah. Untuk itu, kita perlu luangkan waktu untuk belajar usaha dakwah yang mulia ini, minimal 4 bulan seumur hidup, insya Allah!
note : Jangan lupa gabung di group Aku Ingin mengenal Allah Lebih Dekat...
(sumber : Bayan-bayan K.H. Uzairon )
0 komentar:
Posting Komentar