Minggu, 09 Oktober 2011

Wanita Shalehah Lebih Mulia Dari Bidadari Surga


(Mesjid Di Mamuju)

Ummu Salamah R.ha bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang lebih utama antara bidadari dan wanita yang masuk surga. Bidadari diciptakan dari kasturi, ambar dan lain-lainnya. Sedangkan wanita dunia diciptakan dari lumpur dan air?” Beliau Saw menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita mukminah yang masuk surg alebih utama daripada bidadari.” “Mengapa wahai Rasulullah?” “Sebab shalat mereka, sebab puasa mereka, sebab ibadah mereka kepada Allah Swt, sebab kitab Allah Swt. Allah Swt memberikan nur dariNya pada wajah mereka. Kecantikan bidadari redup di depan mereka. Bidadari tinggallah sebagi pemabntu mereka. Bidadari yang membantu mengangkat rambut mereka. Ujung pakaian mereka menjuntai samapai tiga mil jauhnya. Tiga mil. Lama saya berpikir tentang pakaian tiga mil ini. Akhirnya saya mengerti bahwa pakaian penduduk surga terbuat dari cahaya. Sedangkan cahaya tidak ada berat jenisnya. Tiga mil atau tiga ratus mil tidak akan terasa beratnya. Sekali pakai seratus stel setiap stel berbeda corak dan warna. Dan setiap stel memiliki pengaruh kecantikan pada wajah tersendiri. Allah berikan kecantikan pada mereka sehingga suami istri berpandangan empat puluh tahun lamanya tidak ada bosannya.


Maka kita taubat. Semuanya, laki-laki dan wanita taubat. Mengganti arah hidup kita. Kita ini bukan jamaah, jamaah tabligh seperti yang dianggap orang. Kita ingin hidup sesuai dengan kekasih kita. Bila untuk memasak saja kita perlu belajar, dan kita mesti menyempatkan waktu untuk itu. Untuk hidup sesuai denga cara Rasulullah Saw pun perlu diusahakan. Selain itu, kita punya tanggung jawab untuk menyampaikan agama ke ujung-ujung dunia.Wanita tentukan satu bagian dari rumahnya untuk tempat shalatnya. Laki-laki bagus shalat sunnat di sana. Sedangkan shalat wajib di rumah. Satu waktu ditentukan utnuk taklim bersama-sama. Saling pahami hak dan kewajiban suami istri. Jangan sampai karena kebodohan akhirnya yang terjadi berlebihan. Suami melarang istri untik bertemu orang tuanya. Atau orang tua istri merasa berat untuk melepaskan putrinya. Sehingga setelah pernikahan malah musibah dan kesedihan yang didapati. Ini semua karena kebodohan. Hiasi anak-anak dengan akhlak. Jangan merasa cukup menjadikan anak sebagai dokter, insinyur, pejabat, pedagang. Sudahkah kita jadikan anak kita sebagai manusia.

Kita inginkan, Nabi Saw akan menyambut, “Wahai wanit muslimah dari abad lima belas yang telah memperjuangkan perasaan malunya. Tatkala para wanita hidup ala barat, berkeliaran di pasar-pasar, dan kalian menjaga hijab kalian, bangkitlah bersama Fathimah putriku. Betapa indahnya saat itu bila kita berhasil meminum air telaga kautsar yang diberikan dengan tangan mulia Rasulullah Saw sendiri. Tatkal beliau memeluk ummatnya dari abad 1ima belas. Tidakkah itu menjadi cita-cita kita? Bertaubatlah, bertaubatlah, berangkatkan segera para suami, ayah, anak, saudara empat bulan empat puluh hari bersama jamaah. Dan ibu-ibu juga bentuk jamaah keluar bersama suami, ayah, anak, saudara. Hidupkan amal agama di rumah. Shalat, tilawah Al Quran, pendidikan anak secara Islami, menunaikan hak suami, menunaikan hak istri. Meyiapkan makanan yang halal untuk keluarga. Keluar denga hijab sempurna. Allah Swt tidak melarang wanita keluar rumah. Tetapi bila keluar hendaklah meniru putri Nabi Syu’aib AS yang memanggil Nabi Musa AS. Allah Swt kisahkan bahwa ia datang berjalan di atas rasa malu. Seolah-olah rasa malu itulah kendaraan yang dinaikinya.


Ada orang yang Allah Swt pandang dengan sangat jijik seperti jijiknya kita memandang kotoran manusia. Siapakah mereka? Orang yang merasa gembira dengan mengadu domba. Dia sampaikan pembicaraan dari sana-sini sehingga terjadi pertengkaran. Hidup adalah akhlak. Walaupun tinggal di rumah yang gelap gulita maka akan nampak cahaya rembulan di sana. Dalam pernikahan jangan jadikan harta sebagai ukuran. Jangan lihat berapa mahar yang mampu dia berikan, apa profesinya, apa saja bingkisannya. Yang paling utama, bagaimana akhlaknya. Jagalah tilawah Al Quran, tentukan waktu untuk berdzikir kepada Allah Swt.

source : Bayan maulana Tariq Jamil

0 komentar:

Posting Komentar